Yuni Yusrotin, anak seorang tukang becak dari Bojonegoro, berhasil meraih predikat lulusan terbaik Fakultas Sains dan Teknologi di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang. Ia lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,96, nyaris sempurna, dalam wisuda yang digelar Sabtu (24/5).
Kecintaan Yuni terhadap biologi telah tumbuh sejak ia menempuh pendidikan di MTs hingga MA Islamiyyah Attanwir, aktif mengikuti berbagai olimpiade yang memperdalam minatnya pada ilmu hayati. Ketertarikan itu mengantarkannya menempuh Program Studi Biologi di UIN Walisongo melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Namun, jalan menuju bangku kuliah tidak mudah. Orangtuanya sempat melarangnya merantau karena keterbatasan ekonomi—ayahnya bekerja sebagai tukang becak dan ibunya berdagang. “Saya sempat hampir tidak bisa kuliah karena keadaan ekonomi,” kata Yuni seperti dikutip dari Kompas.com, Senin (26/5). Ia tak menyerah dan akhirnya memperoleh Beasiswa Sepuluh Sarjana Per Desa dari Pemerintah Kabupaten Bojonegoro.
Di tengah pandemi, Yuni menghadapi tantangan perkuliahan daring, termasuk kendala sinyal dan kesulitan memahami materi. Meski demikian, ia terus aktif secara akademik, menjadi asisten laboratorium sejak semester tiga, serta terlibat dalam riset dosen UGM dan mahasiswa pascasarjana IPB. Ia juga meraih Juara 6 Olimpiade Biologi Nasional, Bronze Medal di International Walisongo Science Competition 2023, dan menjadi pembicara dalam sejumlah forum ilmiah.
Yuni juga aktif dalam berbagai organisasi, termasuk KSM Riset dan Teknologi, Bank Sampah Walisongo, dan IKA-JATIM. Ia menyelesaikan studi dalam 3,5 tahun, setelah menjalani magang dan penelitian tugas akhir di Kebun Raya Bogor, BRIN, dengan fokus pada taksonomi tanaman bonsai. “Terima kasih kepada kedua orangtua saya, yang tak kenal lelah mendukung sampai di titik saat ini,” ujarnya.